Memberi Sepersepuluh

Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu (Kej.28:22)
Memberi Sepersepuluh
Kejadian 28:10-22
Memberikan sepersepuluh dari penghasilan adalah kewajiban. Apakah kita sudah secara rutin memberikannya? Pertanyaan ini menjadi penting bagi kita. Sering sekali, makin besar nilai penghasilan, semakin besar pula sepersepuluhnya, bukan? Dilema datang menyeburungi… “Awii… ini talalu na… nanti Tuhan tamba kaya… Tuhan su kaya ju… Mau kasi ma ko pung banya lai… Bisa kurang sadiki ko? Tuhan tau ee… Sonde usa kasi banya-banya.” Lalu sebenarnya apa dasar pemberian ini?
Belajar dari Yakob bahwa pemberian persembahan persepuluhan merupakan bagian dari ungkapan rasa terima kasih atas pemberian Tuhan kepada kita. Yakob menggumuli pemberian Tuhan padanya dengan meneguhkan janji/nazar. Ia akan memberi sepersepuluh (satu bagian dari sepuluh) yang diterimanya dari Tuhan. Bukankah janji/nazar harus ditunaikan/dilunasi? Yakob mengalami hal baru dalam perjalanan hidupnya. Ia menerima wahyu Tuhan dan untuk itulah ia perlu menyatakan ungkapan hatinya pada Tuhan. Ia bernazar. Nazar yang tidak muluk-muluk, tetapi kiranya dapat diwujudkan.
Saudaraku, pernahkah membuat nazar untuk memberi persembahan persepuluhan? Atau sudahkah memberi sepersepuluh secara rutin dari yang diterima sebagai ungkapan rasa syukur atas pemberian Tuhan?
Mungkin banyak di antara kita yang mendapatkan kelimpahan berkat dari berbagai bidang profesi. Entahlah itu petani, nelayan, peternak, pegawai pemerintah atau swasta, pengusaha, dan lain-lainnya. Bila menyadari bahwa penghasilan yang diterima itu sebagai pemberian (anugerah dan berkat) dari Tuhan, bukankah ada di dalamnya kewajiban sepersepuluh? Ataukah ada keraguan mengambil sepersepuluh itu karena jumlahnya kelihatan besar (banyak)?
Mari memberlakukan kewajiban iman kita pada persembahan sepersepuluh. Salom.
Penulis: Pdt. Yefta H. Bani, S.Th
Editor: Pnt. Heronimus Bani
Sumber: SnaK, Surat na’ko abitan Koro’oto, dengan revisi seperlunya.