Fainekat atau Fainaken

Salam sejahtera pada saudaraku pembaca setia laman Tefneno Koro’oto. Kali ini saya mencoba menempatkan satu judul yang bagi kaum non Timor, pasti tidak segera memahaminya. Sementara kaum Timor (Atoin’ Meto’) yang fasih berbahasa Meto’, dua kata di atas akan segera dipahami maknanya yaitu nasihat, membuka hati (fainekat), dan melepas, membuang buang secara tidak terhormat, menghilangkan secara sadar (fainaken). Saudaraku segera paham (sebutlah sebagai makna lexicon) dari kedua kata itu. Lalu, mengapa saya mau tempatkan di sini?
Ada alasan mengapa saya rindu menulis dan menempatkannya di sini.
Pertama, secara linguistik kedua kata itu dipakai tidak selalu beriringan. Orang Timor pengguna Bahasa Meto’ menggunakan kata fainekat lebih banyak daripada kata fainaken, khususnya pada pengguna Bahasa Meto’ Amarasi. Lalu, bila ditelusuri, secara filosofis, kita akan menemukan dua kata itu dari sikap dan tindakan orang Timor dalam budayanya. Lihat alasan kedua.
Kedua, fainekat, bila orang Timor pengguna Bahasa Meto’ jeli dan cermat, kata fainekat kiranya terjadi dari dua kata, fei ~ buka, fai ~ malam , gelap; dan nekan ~ hati. Kata fei bila dijadikan kata kerja akan nampak ‘fei ~ untuk orang pertama tunggal; nfei ~ untuk orang ketiga tunggal dan jamak; mfei ~ untuk orang kedua tunggal dan jamak, tfei ~ untuk orang ketiga jamak (kita ~ hit). Selanjutnya kata nekan sebagai kata benda akan dibendakan lagi dengan menggunakan symbol /t/ sehingga akan menjadi nekat. Kedua kata itu dihubungkan menjadi feinekat, yang artinya buka hati. Sementara fai ~ malam (gelap), simbol ketidakpastian, kabut, kecewa, lemah, dan lain-lain ketidakberdayaan seseorang sehingga mesti dibawa keluar dari dalam suasana itu. Semua suasana malam (gelap) itu ada di dalam hatinya, sehingga patut mendapatkan jalan keluar. Lahirlah fainekat, yang secara harfiah artinya, hati yang gelap, padahal maksudnya membawa hati yang gelap keluar kepada terang. Maka, hati yang gelap itu harus dibukakan untuk menemukan dan kembali kepada terang.
Fainaken pun demikian adanya. Ini kata bentukan dari kata fai ~ malam, gelap; dan naken ~ nake; sejenis alat yang dipakai untuk memasung ternak. Mari membayangkan seekor kambing atau babi yang dipasung dengan memasang alat yang disebut nake. Alat ini dihubungkan dengan tali kemudian dipasang pada leher ternak. Ternak itu tidak akan dapat bergerak banyak apalagi bila akan memasuki area ladang yang terpagar. Ketika itu nake akan tersangkut sehingga menyebabkan ternak tersebut akan mengalami kecelakaan. Maka, ketika orang melepaskan nake, ternak ini akan dengan sukacita berlari karena kegirangan. Tetapi, berbeda dengan manusia, ketika fainaken terjadi, di sana akan terjadi kesedihan, karena ada yang hilang.
Ketiga, produk kosa kata dalam bahasa manapun, selalu bermakna. Maka, fainekat, nasihat, fainaken, kehilangan yang menyedihkan. Bukankah dua kata ini menarik untuk disimak?
Semoga saya ada kesempatan berikut untuk mengurai makna sosiologis dan religiusnya.
Catatan: Semoga ada pembaca yang rindu menempatkan komentarnya di kolom komenter sehingga kita dapat berdiskusi.
Koro’oto, 8 Mei 2022
Penulis: Pnt. Heronimus Bani