A’soko ma Bunu

A’soko ma Bunu

Saudaraku di dalam kasih Yesus Kristus Tuhan. Bila membaca judul ini tentulah tidak akan langsung memahaminya. Satu frasa yang tanpa makna pada mereka yang bukan etnis Timor. Bila seseorang mengaku dari Timor, tetapi tidak paham, itu karena ia tidak menggunakan bahasa daerah dalam kesehariannya. Bila frasa di atas dipakai pun, pada zaman modern ini mungkin tersisa satu saja. Satunya lagi perlahan sudah digerus zaman atas dasar santifik, bahwa segala sesuatu mesti dapat dibuktikan secara ilmiah. Jika demikian, apakah yang dimaksudkan dengan a’soko ma bunu?

A’soko ma bunu bukan satu kata, tetapi dua kata dengan menggunakan conjuction, kata sambung ma ~ am, yang dalam Bahasa Melayu Kupang deng dan Bahasa Indonesa dan. Jadi a’soko ma bunu itu dua kata yang dapat berdiri sendiri-sendiri dengan makna yang berbeda. Maka, saya akan pisahkan untuk kiranya menjadi pengetahuan setelah masuk dalam catatan ini.

A’soko. Kata ini dapati diucapkan pendek saja ‘soko, Coba pembaca ucapkan. /’/ tanda ini mewakili satu lambang bunyi (huruf). /’/ tanda ini terasa sulit diucapkan (dilafalkan), tetapi ia nyaris selalu ada pada kata-kata benda yang diawali dengan /a/. a’ba’i ~ tempat makanan/minuman ternak; a’sono’ ~ senduk, sendok; a’pika’ ~ piring; a’a’aat ~ penutur, dan lain-lain

A’soko dipakai oleh orang Timor di Pah Amarasi untuk memberi tanda tertentu pada suatu area. Misalnya di ladang, mamar, atau tempat bakal membangun rumah (uim baraf), bekas ladang (‘tetas, mnuki), atau pada barang/benda tertentu yang ditempatkan di area terbuka. A’soko itu berupa tali gebang yang dianyam dan digantung dalam jumlah tertentu di tempat terbuka yang mudah dilihat oleh siapa pun yang melintas di area tersebut. A’soko berfungsi sebagai tanda peringatan kepada siapa pun untuk tidak boleh mengambil apa pun dari dalam area yang mendapatkan tanda itu. Misalnya, tidak boleh mengambil pakan ternak, tidak boleh membersihkan untuk dijadikan ladang, atau membangun rumah, dan lain-lain. Peringatan ini diharapkan menjadi perhatian.

A’soko seringkali menjadi penanda pula bahwa tempat itu telah menjadi area sengketa. Bila tanda peringatan itu dilangkahi, tidak digubris, maka akan beresiko pada orang yang melanggar. Duel atau persoalan akan dibawa ke pengadilan desa agar ditentukan hak kepemilikan pada area atau barang sengketa.

BACA : https://uminiibaki.blogspot.com/2020/02/soko-ma-rafe.html

Bunu, berbeda dengan a’soko. Seseorang yang memberi tanda secara amat khusus di mamar, bila tidak diketahui oleh yang bukan pemilik dan bermaksud mengambil hasil dari dalamnya, akan mendapatkan hukuman pada saat itu juga dengan tidak dapat meninggalkan tempat itu. Ia akan terus berputar-putar di dalam mamar sampai pemilik mamar mendatanginya. Ini pendekatan pertama pada bunu. Pendekatan kedua yakni, seseorang dapat saja mengambil hasil dari dalam mamar (mencuri), ia dapat keluar dengan mudah. Ketika ia menikmati hasil yang diambil, bila ia sendiri menikmatinya, maka dia sendirilah yang akan menanggung akibatnya. Bila ia memberikannya kepada orang lain, sesamanya di dalam seisi rumah, maka besar kemungkinannya semua yang menikmati akan menanggung akibatnya. Itulah pendekatan bunu.

Bunu terlihat seperti a’soko, tetapi mantera pemberi hukuman padanya lebih kuat. Ia dapat mengikat seseorang untuk tidak dapat meninggalkan tempat dimana ia mencuri. Ia dapat membiarkan seseorang meninggalkan tempat dimana ia mencuri, tetapi tanggungannya berat dan lebih luas. Anggota tubuh tertentu akan disakiti.

Bunu yang dipakai untuk menyakiti dan sangat berbahaya yakni buun ai ~ menggunakan api. Siapapun yang mencuri akan mengalami kulitnya akan terbakar. Ia akan mengaku pada siapa pun bahwa ia telah mencuri. Ketika pengakuan itu dilontarkan, akan ada pertanyaan lanjutan, dimana, kapan dan pada mamar milik siapa ia mencuri? Dari sana ia akan memberikan jawaban. Kepada pemilik mamar akan mendapatkan kabar. Ia sendiri yang dapat memberi kelegaan dari penyakit kulit yang dideritanya.

Saudaraku, mari kita berefleksi sejenak. Apakah Tuhan memberi ‘soko dan bunu pada manusia? Refleksikan dan jawablah.

 

Penulis: Pnt. Heronimus Bani

 

2 comments

  • Marthinus Ora

    Ya, TUHAN memberi tanda atau a’soko dalam titah dan perintah-Nya. Setiap manusia harus taat ‘soko-Nya, jika dilanggar maka cepat atau lambat akan kena bunu atau musibah bahkan harus dipertanggungjawabkan kelak di hari penghakiman.
    Dalam penerapan a’soko ma bunu orang Timor sepertinya mengadopsi a’soko ma bunu dari TUHAN yang mana si pelanggar yang terkena musibah, hanya dapat dipulihkan oleh yang empunya ‘soko ma bunu dengan cara datang dan mengakui perbuatannya.
    Demikian pemahaman saya mengenai a’soko ma bunu dari TUHAN.